KERJASAMA BEBERAPA SATUAN TEMPUR DENGAN BRIMOB DAN MANTAN RANGERS DALAM ROTASI XI TIMOR TIMUR, 1984-1985
Anton A Setyawan, SE,MSi
Dosen Fak Ekonomi UMS dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen UGM
e-mail: anton_agus@ums.ac.id atau rmb_anton@yahoo.com
*Tulisan ini muncul sebagai respon atas mulai adanya komentar negative tentang diskusi tentang Brimob dan Menpor dalam beberapa blog milik Brimob maupun website TNI.
* Tulisan ini adalah bagian dari riset saya yang akan menjadi salah satu bab dalam buku “Resimen Pelopor, Pasukan Elite Yang Terlupakan”.
* Tulisan ini berdasarkan wawancara dengan beberapa mantan anggota Brimob Polda DKI, Batalyon Infanteri 406, Marinir dan Kopassus yang pernah berdinas di Kab Viqueque Timor Timur dan juga penggalian pustaka yang berasal dari Dephan, International Crisis Group dan Jurnal Pertahanan Tlava.
Operasi Seroja yang dilaksanakan pada akhir 1975 adalah operasi gabungan terbesar yang pertama kali dilakukan pada masa Orde Baru. Operasi ini pada awalnya melibatkan satuan-satuan dari Batalyon 502 Raiders Kostrad, Kopassgat (sekarang Paskhas TNI AU dan Kopassandha (sekarang Kopassus) lewat penerjunan. Sementara, Batalyon 403 Raider dan Brigade 1 Infanteri Marinir melakukan pendaratan ampibi dengan LST (Angkasa online). Pasukan Brimob dan sisa Resimen Pelopor mengambil bagian dalam operasi ini, namun dalam beberapa dokumen disebutkan tentang beberapa kejadian yang memojokkan reputasi Resimen Pelopor yang waktu itu sebenarnya sudah dibubarkan.
Operasi militer dengan kode Seroja selesai pada tahun 1979, pada saat itu hampir seluruh wilayah Timor Timur sudah dikuasai. Gerilyawan Fretelin masih bertahan di Timor-Timur Bagian Timur di sekitar wilayah Baucau ke Timur. Wilayah Kabupaten Viqueque terletak di Timor Timur Bagian Timur dan markas Xanana Gusmao beserta pasukannya ada di wilayah ini, yaitu di Gunung Matabea. Mereka yang pernah bertugas di wilayah ini hampir pasti pernah diserang oleh gerombolan Fretelin.
Pada tahun 1984, operasi Kikis digelar oleh ABRI. Polri menggunakan kode sandi Rotasi XI terkait dengan operasi ini. Salah satu wilayah yang dianggap berbahaya di Kab Viqueque adalah Kecamatan Vatu Carbau. Di kecamatan ini pada pertengahan 1984, ada beberapa pasukan yang mempunyai pos penjagaan, yaitu Batalyon Infanteri 406 dari Kodam IV Diponegor, satu kompi yang berasal dari Brigade 1 Marinir pimpinan Kapten (Mar) Kinkin Soeroso (saat ini menjabat sebagai Danpuspom AL dengan pangkat Kolonel) dan beberapa orang anggota Intel AD yang berasal dari Kopassus. Mapolsek Vatu Carbau dipimpin oleh Letda (Pol) Kartimin mantan anggota Menpor yang berangkat ke Timor Timur sebagai Kapolsek. Pada masa penugasan di Timor Timur beliau sudah lama bertugas di jajaran Reserse Polwil Surakarta. Terakhir kali mengalami pertempuran adalah pada tahun 1964-1965 yaitu pada masa pengejaran Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1984 berdasarkan dokumen dari Tlava edisi Oktober 2008, pada dekade 1980-1990 di Timor Timur kekuatan Fretilin sekitar 1.350 personel dengan senjata G-3, SKS,SP, M-16,AR-15 dan FNC. Pasukan Falintil yang bermarkas di Gunung Matabean sekitar 300 orang. Peran Brimob dalam pengamanan kawasan Vatu Carbau adalah sebagai anggota Polsek Vatu Carbau. Mereka berasal dari Polda DKI, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Satu-satunya yang bukan berasal dari Brimob, meskipun pernah berdinas di Brimob adalah kapolsek Letda (Pol) Kartimin. Berdasarkan keterangan dari anggota Batalyon Infanteri 406 dan Batalyon Infanteri 413, pada saat melakukan patroli tempur gabungan maka tidak ada perbedaan apakah anggota Polri/Brimob atau satuan tempur lain semua mendapatkan jatah patroli yang sama. Hal ini juga dikonfirmasi oleh satuan intel Kopassus dan Marinir, yang dipimpin oleh Kapten (mar) Kinkin Soeroso.
Pada masa itu tidak ada perbedaan seragam antara TNI dengan Polri pada saat berada di daerah operasi tempur. PDH dari TNI dan Polri adalah seragam hijau tua, dengan pet rimba atau helm tempur (model helm sekutu pada PD II) yang membedakan adalah badge satuan. Tanda pangkat tidak pernah dipasang oleh anggota TNI/Polri yang berdinas di Timor Timur karena hanya mengundang tembakan sniper (khususnya perwira). Berdasarkan seragam yang sama ini, Falintil tidak memilih korban dalam aksi penembakan atau penyergapan apakah itu Brimob atau TNI atau bahkan Polri non Brimob. Senjata yang dipergunakan oleh tiap satuan juga beragam, sebagian besar batalyon infanteri AD bersenjatakan M 16, prajurit Marinir menggunakan AK 47 sedangkan Brimob Polda DKI bersenjatakan AK 47, Brimob Polda Kaltim dengan senjata M 16 sedangkan anggota Polri dari Polda Jateng membawa senjata SKS atau sering disebut Cung.
Kejadian yang cukup dramatis pada penugasan di dalam Rotas XI tahun 1984 adalah pada saat satu peleton gabungan yang terdiri dari unsur Batalyon Infanteri 406 dan empat anggota Brimob yang dikepung 80 orang anggota Falintil di Batata. Pengepungan dilakukan mulai jam 19.00 sampai dengan subuh. Satu peleton pasukan tersebut bertahan dari hujan tembakan yang berlangsung semalam suntuk dan balasan hanya dilakukan dari dalam pos pertahanan. Prajurit AD dan Polri mampu bertahan semalam tanpa bantuan. Mengapa tidak ada bantuan? Pada jam 19.45 satuan intel Kopassus sudah mendapatkan berita tentang pertempuran di Batata, namun tidak mungkin mengirim bantuan karena wilayah terlalu berat dan beresiko bergerak di malam hari dengan pasukan besar. Komandan pasukan di Vatu Carbau, yaitu Kapten (Mar) Kinkin Soeroso memutuskan untuk mengirimkan pasukan bantuan yang akan beliau pimpin sendiri menjelang fajar besok.
Keesokan paginya, Kapten (Mar) Kinkin Soeroso, Letda (Pol) Kartimin, beserta 150 pasukan gabungan yang terdiri dari Kopassus, Marinir, pasukan dari Batalyon 406 dan Polri/Brimob berangkat menuju Batata. Para perwira mengendarai kuda karena jalan yang dilalui adalah padang ilalang dan jalan setapak. Butuh waktu satu hari penuh untuk mncapai Batata dengan medan yang sangat sulit. Dalam operasi inilah nampak tidak ada perbedaan antara TNI dan Polri karena yang bertugas sebagai point man (prajurit) terdepan diundi tanpa membedakan berasal dari satuan apa. Sekitar 2 kilometer dari Batata terdengar tembakan sporadis yang mengarah ke pasukan bantuan. Komandan pasukan segera memerintahkan mengejar penembak gelap, namun tidak berhasil karena ternyata di wilayah itu dipenuhi bunker yang sulit dilacak.
Akhirnya pasukan bantuan sampai di Batata dan menemukan bahwa seluruh anggota peleton gabungan selamat, meskipun hampir kehabisan amunisi karena melayani kontak senjata sepanjang malam. Di pihak Falintil jatuh korban 2 orang tertembak, sementara penduduk desa ada 3 orang yang menjadi korban.
Hampir semua anggota pasukan yang terlibat dalam operasi itu menjadi sahabat akrab bahkan ketika sudah kembali ke kesatuan masing-masing. Pada saat kembali berdinas di Powil Surakarta, Letda (Pol) Kartimin sering mendapat kunjungan dari para perwira maupun prajurit Kopassus yang pernah bertugas bersama di Timor-Timur.
Pada saat anda berada dalam situasi pertempuran maka teman yang berada di samping anda adalah tempat anda menggantungkan hidup tidak peduli dia berasal dari kesatuan apa atau apa pangkatnya.
Anton A Setyawan, SE,MSi
Dosen Fak Ekonomi UMS dan Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen UGM
e-mail: anton_agus@ums.ac.id atau rmb_anton@yahoo.com
*Tulisan ini muncul sebagai respon atas mulai adanya komentar negative tentang diskusi tentang Brimob dan Menpor dalam beberapa blog milik Brimob maupun website TNI.
* Tulisan ini adalah bagian dari riset saya yang akan menjadi salah satu bab dalam buku “Resimen Pelopor, Pasukan Elite Yang Terlupakan”.
* Tulisan ini berdasarkan wawancara dengan beberapa mantan anggota Brimob Polda DKI, Batalyon Infanteri 406, Marinir dan Kopassus yang pernah berdinas di Kab Viqueque Timor Timur dan juga penggalian pustaka yang berasal dari Dephan, International Crisis Group dan Jurnal Pertahanan Tlava.
Operasi Seroja yang dilaksanakan pada akhir 1975 adalah operasi gabungan terbesar yang pertama kali dilakukan pada masa Orde Baru. Operasi ini pada awalnya melibatkan satuan-satuan dari Batalyon 502 Raiders Kostrad, Kopassgat (sekarang Paskhas TNI AU dan Kopassandha (sekarang Kopassus) lewat penerjunan. Sementara, Batalyon 403 Raider dan Brigade 1 Infanteri Marinir melakukan pendaratan ampibi dengan LST (Angkasa online). Pasukan Brimob dan sisa Resimen Pelopor mengambil bagian dalam operasi ini, namun dalam beberapa dokumen disebutkan tentang beberapa kejadian yang memojokkan reputasi Resimen Pelopor yang waktu itu sebenarnya sudah dibubarkan.
Operasi militer dengan kode Seroja selesai pada tahun 1979, pada saat itu hampir seluruh wilayah Timor Timur sudah dikuasai. Gerilyawan Fretelin masih bertahan di Timor-Timur Bagian Timur di sekitar wilayah Baucau ke Timur. Wilayah Kabupaten Viqueque terletak di Timor Timur Bagian Timur dan markas Xanana Gusmao beserta pasukannya ada di wilayah ini, yaitu di Gunung Matabea. Mereka yang pernah bertugas di wilayah ini hampir pasti pernah diserang oleh gerombolan Fretelin.
Pada tahun 1984, operasi Kikis digelar oleh ABRI. Polri menggunakan kode sandi Rotasi XI terkait dengan operasi ini. Salah satu wilayah yang dianggap berbahaya di Kab Viqueque adalah Kecamatan Vatu Carbau. Di kecamatan ini pada pertengahan 1984, ada beberapa pasukan yang mempunyai pos penjagaan, yaitu Batalyon Infanteri 406 dari Kodam IV Diponegor, satu kompi yang berasal dari Brigade 1 Marinir pimpinan Kapten (Mar) Kinkin Soeroso (saat ini menjabat sebagai Danpuspom AL dengan pangkat Kolonel) dan beberapa orang anggota Intel AD yang berasal dari Kopassus. Mapolsek Vatu Carbau dipimpin oleh Letda (Pol) Kartimin mantan anggota Menpor yang berangkat ke Timor Timur sebagai Kapolsek. Pada masa penugasan di Timor Timur beliau sudah lama bertugas di jajaran Reserse Polwil Surakarta. Terakhir kali mengalami pertempuran adalah pada tahun 1964-1965 yaitu pada masa pengejaran Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1984 berdasarkan dokumen dari Tlava edisi Oktober 2008, pada dekade 1980-1990 di Timor Timur kekuatan Fretilin sekitar 1.350 personel dengan senjata G-3, SKS,SP, M-16,AR-15 dan FNC. Pasukan Falintil yang bermarkas di Gunung Matabean sekitar 300 orang. Peran Brimob dalam pengamanan kawasan Vatu Carbau adalah sebagai anggota Polsek Vatu Carbau. Mereka berasal dari Polda DKI, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Satu-satunya yang bukan berasal dari Brimob, meskipun pernah berdinas di Brimob adalah kapolsek Letda (Pol) Kartimin. Berdasarkan keterangan dari anggota Batalyon Infanteri 406 dan Batalyon Infanteri 413, pada saat melakukan patroli tempur gabungan maka tidak ada perbedaan apakah anggota Polri/Brimob atau satuan tempur lain semua mendapatkan jatah patroli yang sama. Hal ini juga dikonfirmasi oleh satuan intel Kopassus dan Marinir, yang dipimpin oleh Kapten (mar) Kinkin Soeroso.
Pada masa itu tidak ada perbedaan seragam antara TNI dengan Polri pada saat berada di daerah operasi tempur. PDH dari TNI dan Polri adalah seragam hijau tua, dengan pet rimba atau helm tempur (model helm sekutu pada PD II) yang membedakan adalah badge satuan. Tanda pangkat tidak pernah dipasang oleh anggota TNI/Polri yang berdinas di Timor Timur karena hanya mengundang tembakan sniper (khususnya perwira). Berdasarkan seragam yang sama ini, Falintil tidak memilih korban dalam aksi penembakan atau penyergapan apakah itu Brimob atau TNI atau bahkan Polri non Brimob. Senjata yang dipergunakan oleh tiap satuan juga beragam, sebagian besar batalyon infanteri AD bersenjatakan M 16, prajurit Marinir menggunakan AK 47 sedangkan Brimob Polda DKI bersenjatakan AK 47, Brimob Polda Kaltim dengan senjata M 16 sedangkan anggota Polri dari Polda Jateng membawa senjata SKS atau sering disebut Cung.
Kejadian yang cukup dramatis pada penugasan di dalam Rotas XI tahun 1984 adalah pada saat satu peleton gabungan yang terdiri dari unsur Batalyon Infanteri 406 dan empat anggota Brimob yang dikepung 80 orang anggota Falintil di Batata. Pengepungan dilakukan mulai jam 19.00 sampai dengan subuh. Satu peleton pasukan tersebut bertahan dari hujan tembakan yang berlangsung semalam suntuk dan balasan hanya dilakukan dari dalam pos pertahanan. Prajurit AD dan Polri mampu bertahan semalam tanpa bantuan. Mengapa tidak ada bantuan? Pada jam 19.45 satuan intel Kopassus sudah mendapatkan berita tentang pertempuran di Batata, namun tidak mungkin mengirim bantuan karena wilayah terlalu berat dan beresiko bergerak di malam hari dengan pasukan besar. Komandan pasukan di Vatu Carbau, yaitu Kapten (Mar) Kinkin Soeroso memutuskan untuk mengirimkan pasukan bantuan yang akan beliau pimpin sendiri menjelang fajar besok.
Keesokan paginya, Kapten (Mar) Kinkin Soeroso, Letda (Pol) Kartimin, beserta 150 pasukan gabungan yang terdiri dari Kopassus, Marinir, pasukan dari Batalyon 406 dan Polri/Brimob berangkat menuju Batata. Para perwira mengendarai kuda karena jalan yang dilalui adalah padang ilalang dan jalan setapak. Butuh waktu satu hari penuh untuk mncapai Batata dengan medan yang sangat sulit. Dalam operasi inilah nampak tidak ada perbedaan antara TNI dan Polri karena yang bertugas sebagai point man (prajurit) terdepan diundi tanpa membedakan berasal dari satuan apa. Sekitar 2 kilometer dari Batata terdengar tembakan sporadis yang mengarah ke pasukan bantuan. Komandan pasukan segera memerintahkan mengejar penembak gelap, namun tidak berhasil karena ternyata di wilayah itu dipenuhi bunker yang sulit dilacak.
Akhirnya pasukan bantuan sampai di Batata dan menemukan bahwa seluruh anggota peleton gabungan selamat, meskipun hampir kehabisan amunisi karena melayani kontak senjata sepanjang malam. Di pihak Falintil jatuh korban 2 orang tertembak, sementara penduduk desa ada 3 orang yang menjadi korban.
Hampir semua anggota pasukan yang terlibat dalam operasi itu menjadi sahabat akrab bahkan ketika sudah kembali ke kesatuan masing-masing. Pada saat kembali berdinas di Powil Surakarta, Letda (Pol) Kartimin sering mendapat kunjungan dari para perwira maupun prajurit Kopassus yang pernah bertugas bersama di Timor-Timur.
Pada saat anda berada dalam situasi pertempuran maka teman yang berada di samping anda adalah tempat anda menggantungkan hidup tidak peduli dia berasal dari kesatuan apa atau apa pangkatnya.
Subhanallah.
BalasHapusteladan pendahulu bisa jadi bahan reungan bagi anggota brimob, YANG TERJADI SAAT INI ANGGOTA BRIMOB BERSIKAP AROGAN DI DAERAH OPERASI SEHINGGA KERAP TERJADI GESEKAN DENGAN SATUAN LAIN
BalasHapussalam...., entah dari mana datangnya, entah bagemana awalnya sampe terjadi kekeruhan seperti sekarang ini, saya paling tidak suka cerita dikotomi tni-polri.kebanggaan korps sya kira bagus utk meningkatkan prestasi dalam pengabdian kepada NKRI, tapi kenapa bisa jadi keruh begini ????, saya punya opa 1 mobrig, 1 lagi perintis, 1 lagi pm paspampres (alm). kenapa sih perbedaan itu menjadi begitu keruh.... seharusnya semua lapang dada, berjiwa besar, kalo mau menang ya.... tunjukkan pretasi. terima kasih... mohon wejangan, nasihat dan muatan-muatannya... saya tunggu sebagai masukan.
BalasHapusMr Anonim
BalasHapusTrimakasih atas kunjungannya, sikap arogan itu hampir ada di setiap diri manusia dan kita tidak perlu saling menyalahkan.
Kita berdoa saja supaya gesekan yg kita takutkan itu tdk terjadi lg. Oke ... trimakasih ...
Salam Pak edi ...
BalasHapusSaya setuju dgn anda ... kok masih ada ya yang senang banget melihat yg laen kerdil, terluka, masuk rumah sakit bahkan meregang nyawa.
Yang salah orangnya apa gmn tuh ...?
ya....keluarga besar saya Polri, saya nyasar masuk AD....melihat langsung kejadian di Ambon....sedih hati saya....warna kita sama Merah Putih, kenapa tak mau bertegur sapa?
BalasHapusTo Mr Anonim : kita dukung dengan doa ...
BalasHapusMas..saya ada cerita dari mantan anggota yonif 507/sikatan (brawijaya) terkait isu negative tentang mundurnya Resimen Pelopor dari palagan Timor-Timur " setelah pasukan dari gabungan dari Brigade 2 kostrad( Yonif 507/sikatan, Yonif 512/Marabuntha, Yonif 527)dapat merebut kota MALIANA dari fretelin selanjutnya perintah merebut kota BOBONARO disinilah data satu tim Menpor (30 personel)yang di B/P kan di Yonif 507/sikatan (brawijaya)yg diterima Danyon 507 Lekol Inf Amsirwan. selanjutnya penugasan Menpor diperintahkan menyerang pertahanan fretelin di komplek gereja leles namun karena kuatnya pertahanan fretelin sehingga belum berhasil hal ini kemudian dimaklumi oleh Letkol inf. Amsirwan krn mungkin masih dlam kondsi penyesuaian, selanjutnya diberi perintah untuk merebut benteng lebos lahumia juga belum berhasil sehingga kemudian diperintahkan untuk mundur dan mengamankan daerah yg telah berhasil direbut pasukan TNI, daerah yang diserahkan kepada menpor adalah daerah Memo namun ternyata fretelin telah melakukan gerakan lambung dan menyerang garis belakang TNI yg dijaga Menpor..dalam peristiwa ini jatuh korban dipihak Menpor , seperti yang dituturkan sumber bahwa dalam pembersihan ditemukan korban salah satunya bintara berpangkat sertu yang kepalanya dipenggal oleh fretelin" menurut sumber bahwa yang dihadapi Menpor saat itu memang fretelin mantan Tropaz yang juga membuat repot TNI di garis depan..demikian cerita yang saya dapat tapi juga perlu telusuri melalui pelaku peristiwa tersebut (anggota menpor)..trims
BalasHapusdlm operasi di timor timur ...gimana menpor mau menang ... dikasih amunisi terbatas , peralatan terbatas .. pokoknya serba terbatas....menpor ditugaskan di timor timur sebenarnya dikorbankan ...
Hapusrencana jahat dari petinggi2 di jakarta utk menunjukan bahwa menpor sudah tidak layak lagi...
ketika bertempur , komandan menpor terpaksa perintahkan semuanya mundur padahal anak2 bersemangat ingin perang terus.... komanadan pikir dengan apa .. amunisi udah habis... dengan sedih... komandan perintahkan mundur... daripada kehilangan anak buah...
Bpk Anonim ....
BalasHapusTrimakasih sudah mampir dan menuliskan cerita yang bapak dengar ....
Semoga memberi pencerahan bagi kita semua .....
Bersatu kita kuat, jangan ego kepentingan kesatuan yang penting NKRI tidak ada yang pecah !!
BalasHapusSetuju .........
BalasHapusTrimakasih ....
Saya anak mantan KKO AL yang juga punya bapak angkat mantan Brimob Menpor bernama Oetoet Rahardjo, mereka kenal baik ketika operasi Trikora karena sama-2 satu tenda, sama-2 ditembaki Belanda, sama-2 dihujani mortir Belanda
BalasHapusMemang zaman Bung Karno MENPOR, KKO AL, PGT merupakan pasukan kesayangan Bung Karno, mereka sering dipilih menjadi pemain utama ketika mengadakan operasi-2 besar karena itulah yang menyebabkan Angkatan Darat tidak suka, hanya beberapa Yon Raider AD saja yang diikut sertakan dan Divisi Siliwangi
Bapak angkat saya pernah berkata "Dulu kita berangkat sebagai pahlawan operasi dwikora tapi pulang sebagai tawanan" entah apa maksudnya ? Mungkin ada yang bisa menceritakan
Menpor zaman dulu memiliki kualifikasi US Army Ranger sebagai pembuka jalan sesuai dengan motto US Army Ranger "Ranger Lead The Way", ayah saya pun sering menceritakan bagaimana kehebatan Menpor, PGT dan KKO AL ketika operasi Trikora dan Dwikora
Sayang ketika orde baru semuanya berubah, kita selalu mendengar kehebatan-2 AD, bahkan ketika peristiwa 65 terjadi KKO AL, PGT, Menpor, Yon Raider 454, Yon Raider 530 dam Divisi Siliwangi tinggal tunggu perintah Bung Karno, jika Bung Karno berkata "iya" maka terjadilah perang sodara karena pasukan-2 diatas adalah pasukan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap Bung Karno
Ketika Orba berkuasa pasukan-2 yang loyal terhadap bung Karno dikebiri sedikit-2, saya bukan ingin membuka luka masa lalu tapi sebaiknya harus ada perbaikan sejarah kita yang kelam kasihan anak cucu kita disuguhkan sejarah yang tidak benar, sampai sekarang pun beberapa orang masih menganggap AURI terlibat PKI
Trimakasih pak Putranto ... semoga kita semakin melek sejarah ...
HapusHalo Mas Ale...........Saya adalah Guru PKN SMP kelas 7, 8, 9 di kota Bandung, banyak melakukan "Improve" terhadap Kurikulum KTSP mata pelajaran PKN SMP terkait materi PKN SMP kelas 9 Bab I tentang Pembelaan Negara, yang mana di dalamnya miskin Fakta Sejarah maupun terkini terkait peran POLRI sebagai penanggungjawab keamanan dalam negeri. Setelah saya baca buku "RESIMEN PELOPOR Pasukan Elite yang Terlupakan" Karya Anton agus Setyawan dan Andi M. Darlis, dan Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang:Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia oleh Ridwan Yasin, baru saya menyadari bahwa ada fakta sejarah yang hilang dari Republik ini dan saya adalah hasil dari sistem pendidikan di Zaman Orde Baru yang banyak sekali mengalami cuci otak terkait manipulatif fakta sejarah perjalanan bangsa dan salah satunya adalah RESIMEN PELOPOR BRIMOB yang LEGENDARIS itu!.. Dan sebagai bentuk syarat kelulusan dari Mata Pelajaran saya dengan KKM 80 ketuntasan Belajar, maka saya memerintahkan semua siswa didik saya untuk "Inquiry" dan "explorer" secara mandiri dan di supervisi langsung oleh saya terkait 2 materi utama di atas tadi yang harus siswa didik saya cari di Toko Buku Gramedia dan Internet. Hasil akhir dari penugasan ini adalah Tugas Kliping Individu, Presentasi Kelompok dan Papercraft. Saya BERSYUKUR karena siswa didik saya bisa dapatkan informasi langsung yang berkualitas dan dapat menuntaskan tugas yang saya berikan dalam mata pelajaran PKn terkait materi sejarah KORPS BRIMOB dan RESIMEN PELOPOR BRIMOB.........
HapusMantap pak Awo ... trimakasih sudah turut mencerdaskan generasi penerus kita, Terus berkarya pak ....
Hapusmemang betul jika kita berkaca pada masa lalu pasti ada rasa sakit hati,namun jika kita baca tulisan bpk anton....semua pemain dari semua unsur darat,laut,udara dan kepolisian bergabung jadi satu untuk masuk kolam....di hujani peluru ketika masuk killing ground lawan....dari TOD 1 ke TOD yg selanjutnya menumbuhkan rasa persaudaraan.......saya bahagia sekali dengarnya ketika para pahlawan dan veteran berjibaku bersama2 tanpa merasa siapa yg paling hebat....saya hanya anak bangsa yg cinta NKRI dengan sejarah nya yg penuh revolusi dan perjuangan utk kemerdekaan....alm kakek saya pun dahulu ada di kesatuan divisi siliwangi...dari beliau pula mengalir darah patriotisme.....kepada smua kawan2 salam merah putih untuk kalian semua....dan hormat setinggi2nya untuk para pahlawan dan veteran perang kita.................
HapusMas,, Saya sangat Bangga menjadi seorang Putra dari (alm) Darwis Hasan, Beliau adalah Anggota Resimen Pelopor yang pernah Melaksanakan Tugas Negara DWIKORA pendaratan di Johor Malaysia dan Trikora (UNTEA)... Sejarah Tak akan Pernah Hilang.....(Resimen Pelopor adalah Pasukan Elite Tak akan terlupakan dalam Sejarah Bangsa Ini)
BalasHapusIa pak Darwin ... trimakasih
HapusBapak beruntung jadi anak seorang pelaku sejarah, Resimen pelopor selalu di hati ....
Resimen Pelopor (Pasukan Elite) merupakan salah satu sumbu sejarah yang tak bisa dilupakan oleh penerus bangsa ini, saya juga merupakan cucu dari mantan Anggota Resimen Pelopor. Beliau pernah bergabung dalam pasukan Pelopor pertama yang turun/penugasan di Irian Jaya. BRIGADE......
BalasHapusTrimakasih Pak Kresna ... salam sukses
HapusJaya selalu resimen pelopor . . .
BalasHapusAminn .......
HapusWASPADA.........
BalasHapusTABAH..............
SATRIA..............
JANJI TERATAI SUCI
JAYALAH PANJI POLISI
RESIMEN PELOPOR KAN KEMBALI
RESIMEN PELOPOR......
RESIMEN PELOPOR......
TERDENGAR NAMAMU BERGETAR MUSUHMU
KEMBALI JAYALAH RESIMEN PELOPOR
RESIMEN YANG HILANG........
Jujur saya benar2 sangat terkesan dengan cerita para anggota RESIMEN PELOPOR yang legendaris itu.Bagi saya mereka adalah patriot bangsa yang mengabdi tanpa pamrih,berani,jujur,sederhana dan juga sangat loyal.Tanpa sedikitpun bermaksud mengesampingkan peran dari kesatuan2 lain,RESIMEN PELOPOR telah menjadi bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia.Hanya saja ketika politik mengubah arah nasibnya,RESIMEN PELOPOR seolah tak ada dicatatan emas negara ini.Walaupun para anggota MENPOR tak ingin dipuji tak ingin disanjung ketika melaksanakan tugas,karena mereka selalu bertugas dengan penuh kebanggaan,keberanian dan keikhlasan,tapi bagi saya pribadi,generasi muda Indonesia berhak dan wajib tahu sejarah yang sebenarnya,perlu ada semacam pelurusan sejarah dikurikulum pendidikan sejarah bangsa.Salam Brigade,,
BalasHapus