08 Januari 2011

RESIMEN PELOPOR ..... Pasukan elit yang terlupakan.

Jauh dimasa lalu ketika hiruk-pikuk mesin perang dan konfrontasi bersenjata masih meliputi air, udara, dan tanah Indonesia, ketika Republik ini masih berusia seumur jagung, pada masa pemerintah berjuang untuk mempertahankan keberadaan Republik yang masih belia ini dari serangan penjajah Belanda dan rongrongan pemberontak, dari tubuh kepolisian Negara Republik Indonesia lahir sebuah pasukan khusus yang memiliki kemampuan dan keberanian menggetarkan. Sebuah pasukan yang di hormati oleh kawan dan disegani lawan.

Reputasi yang di dapat pasukan ini bukan berasal dari serangkaian pencitraan, bukan pula dari mitos yang di agungkan melalui berbagai media layaknya mitos-mitos pasukan khusus yang kita dengar sekarang ini, melainkan melalui rangkaian perjuangan panjang yang menuntut keuletan, keterampilan, ketabahan, ketahanan, keberanian, dan upaya yang terkadang melampaui kesanggupan manusia normal.
Sebenarnya, hal-hal tersebut adalah biasa bagi para prajurit, mengingat bahwa mau tidak mau mereka harus siap diturunkan di berbagai medan, namun yang membedakannya, atau yang membuat mereka layak di beri sandangan sebagai pasukan khusus adalah hasil dan kearifan mereka dalam menjalankan tugas.

Pada masa kejayaannya, Resimen Pelopor, nama pasukan tersebut merupakan sebuah "mesin perang" yang efektif dan efesien. Setidaknya mereka merupakan gambaran ideal dari sebuah pasukan khusus: berani, berkemampuan tinggi, efektif dan efesien dalam menjalankan tugas. Dimanapun mereka di turunkan, dimanapun mereka ditugaskan, para anggota pasukan ini seolah memiliki semboyan bahwa itu adalah penugasan terahir mereka sehingga mereka memiliki semangat yang meluap-luap.

Sayangnya, gelombang sejarah menenggelamkan kesatuan ini dalam palung terdalam. Ketika terjadi pergantian penguasa, keberlangsungan pasukan inipun berakhir. Kerja keras, pengorbanan, jasa, dan risalah mereka turut terkubur hingga seolah mereka tidak pernah ada. Yang lebih ironis lagi, kisah kehebatan mereka nyaris tak di tulis dalam sejarah dan hanya menjadi cerita pengantar tidur anak-anak, cucu, dan saudara terdekat para mantan anggota pasukan tersebut.

Inilah buku yang mengulas kisah para prajurit hebat yang terlupakan dan nyaris tanpa sejarah itu. Ditulis berdasar cerita, wawancara, dan sumber-sumber lainnya, buku ini berupaya merekonstruksi sejarah dan heroisme Resimen Pelopor, pasukan elit yang terlupakan.

----------------------------------------------------------------------------

Terimaksih kepada Mas Anton Agus Setiawan yang telah mengirimi saya buku ini .....

84 komentar:

  1. salam kenal komandan, dari saya yang newbie ini
    Saya juga kemarin baru beli buku ini, merinding membaca kisah para sesepuh Menpor dulu. Saya buat juga postingan khusus tentang buku ini.
    Btw, tukeran link Ndan, linknya mohon ijin saya pasang di blog saya

    Salam kenal
    Daniel BR
    Ba satbrimobda Metro Jaya

    BalasHapus
  2. Oke mas Daniel LDT ......
    Trimakasih sudah mampir
    Saya langsung berkunjung ke blog mas Daniel LDT ....

    BalasHapus
  3. adakah disitu tertulis asrama brimob yon 129 cipanas ,pasukan ini adalah cikal bakal menpor .terima kasih

    BalasHapus
  4. Maju terus PELOPOR. .anda cikal bakal terciptanya Negeri ini. .Semoga Allah melindungi dan meridhoi kita semua. .Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin .... trimakasih ....

      Hapus
    2. Assalamu Alaiikum Bravo Brimob...inilah SWAT-nya indonesia...

      Hapus
  5. perbanyak lagi anggota brimob,jangan kalah sama instansi lain, tingkatkan kemampuan anggota brimob,jangan kalah sama delta force, navy seal,gurkha,berikan reward bagi yang berprestasi. salamu'alaikum dari prajurit bhayangkara,polda jateng,diktukba polri gelombang satu tahun 2005, spn purwokerto,maju terus kepolisian indonesia.

    BalasHapus
  6. malam komandan
    buku ini mengingatkan akan kisah dan keluh kesah alm kakek saya , yang meniti karir sejak bergabung dengan Polisi Istimewa sampai masa pensiun sebagai anggota POLRI. begitu banyak jasa dan pengorbanan yang di persembahkan oleh insan Bhayangkara namun tenggelam oleh kerakusan soeharto dan kesatuan kebanggaannya. sungguh tak terbayangkan rasa kecewanya alm kakek saya terhadap soeharto tatkala menceritakan kisah perjuangannya bersama saudara saudaranya di Mobrig/Brimob, sampai terkadang sambil meneteskan air mata, seolah jasa mereka tak pernah ada, seolah pengorbanan mereka tak pernah ada, sayang kakek saya tidak diberi kesempatan membaca buku ini , seandainya dia sempat membacanya , sungguh dia akan sangat merasa bangga ..... he he he ... jiwa nasionalisme dan patriotisme yang dimilikinya itulah yang mendorong saya ingin menjadi Polisi , dan alhamdulillah tahun 2001 saya diber kesempatan untuk mengabdi di Kepolisian dan membuat bangga kakek saya. semoga semakin banyak fakta sejarah yang terkuak tentang perjuangan dan pengorbanan insan Bhayangkara bagi bangsa ini. maju terus POLRI
    by. BRIGADIR R. GALIH H. S.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga mas Galih .... trimakasih sdh mampir

      Hapus
  7. SAYA BANGGA DENGAN BRIMOB, KALO PERLU TIAP KECAMATAN DI INDONESIA HARUS ADA I PLETON BRIMOB, UNTUK MENGATASI KEJAHATAN INTENSITAS TINGGI, KALO PERLU INTSTITUSI KORAMIL DI HAPUS SAJA, KARENA TIDAK BERGUNA, MEMANGNYA MAU PERANG LAWAN BANGSANYA SENDIRI?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hapuskan koramil???? hati2 bro klo ngomong......

      Hapus
    2. betul...banyak baca n tanya dulu kenapa koramil tetap dipertahankan.
      jangan asal "njeplak" lo minta dihapus..keliatan begonya tau...

      Hapus
  8. banyak sekali peristiwa penting yg aktor utamanya POLRI seperti Peristiwa pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia yg digagalkan oleh POLRI yaitu IPDA POL BAMBANG WIDODO (KOMBES POL Purn) Guru Besar Sosiologi Hukum PTIK


    Matlubin Propatria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ... sy malah blm dengar kisah itu ... menarik tu pak, bolehlah di share ke kita ....

      Hapus
    2. Saya masyarakat sipil, sangat berterima kasih kepada IPDA POL BAMBANG WIDODO (KOMBES pol Purn} yang menyelamatkan saya dan Ibu tercinta serta adik saya disaat Pembajakan pesawat pertama di Indonesia. Tanggal 4 April 1972. Di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Pesawat Merpati Nusantara Airlines, jenis Vickers Viscount MZ-171. Saat itu usia saya masih 6 tahun dan usia adik saya 5 tahun, yang merupakan dua anak kecil yang berada dalam pesawat tersebut. Saya masih ingat dilempar oleh Ibu saya dari ketinggian 3 meter jarak pintu pesawat bagian belakang dengan landasan, yang kemudian ditangkap crew di landasan. Dari beberapa media saya mengetahui bahwa tindakan IPDA POL BAMBANG WIDODO (KOMBES POL Purn) merupakan aksi diskresi seorang polisi dalam drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia yang berhasil digagalkan - saat itu beliau sebagai perwira pertama polisi, menjabat sebagai Kepala Subseksi Reskrim 961. TERIMA KASIH kepada IPDA POL BAMBANG WIDODO (KOMBES Pol.Purn)
      http://richardo.page4.me/pembajakan_pesawat.html

      Hapus
  9. Ijin Bertanya Ndan, aku suka iseng buka-buka internet sama buka-buku jadoel, eh ternyata banyak peristiwa-peristiwa penting yg aktor utamanya ato pahlawannya dari polri, tapi ko g dimunculkan ke publik sama beliu2, kayaknya beda banget ma rekan kita, jadinya kan opini publik berbeda?


    matlubin propatria

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ia pak memang banyak sekali ... ayo ceritakan kepada dunia ...
      Trimakasih .......

      Hapus
  10. MALAM KOMANDAN...
    saya catoer atlas ,berkunjung ke kedung halang Bogor sambil menggali kejayaan kompi lapis baja dengan BTR 40 nya serta kompi 32 PARA yang berkedudukan di sukasari.kedung halang segala sumber artileri berat Brimob yang sampai saat ini masih ada serta kejayaan lapis bajanya.juga mas agus setiawan kalo mau menggali n mau bikin buku RESIMEN PELOPOR jilid 2.berkunjung saja ke AKBP(purn)Sutras.di gang makam masih kd.halang juga..salam BRIGADE terlahir dari resimen 1,besar di Sat 2 Pelopor..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke pak Catoer ... trimakasih sdh berkunjung ...
      Sukses selalu untuk anda

      Hapus
  11. bravo brimob......jaya selalu

    BalasHapus
  12. TRAGEDI MINGGU PALMA, KISAH PERTEMPURAN YON TERATAI BRIMOB MELAWAN PASUKAN FRETILIN EX TROPAZ (Versi Revisi)
    Hasil wawancara dengan Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adhikara, mantan Danyon Teratai Brimob Ops Seroja 1976, tanggal 26 Maret 2012.

    Dr (Cand) Anton A Setyawan, SE,MSi
    Fak Ekonomi Univ Muhammadiyah Surakarta
    Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura
    e-mail: rmb_anton@yahoo.com dan anton4setyawan@gmail.com

    Penerbitan buku Resimen Pelopor Pasukan Elite Yang Terlupakan memicu banyak reaksi dari berbagai kalangan militer maupun Polri. Banyak diantaranya yang memberikan dukungan dan meminta untuk dilanjutkan penulisan secara lebih detail, namun demikian banyak juga saran untuk melakukan revisi karena ada beberapa bab yang dianggap kurang pas. Salah satu bab yang paling kontroversial adalah bab 10 yang membahas keterlibatan Brimob dalam Operasi Seroja di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Versi pertama yang muncul dalam blog ini adalah hasil wawancara dengan para anggota Yon Teratai, tentu saja karena mereka tidak memegang jabatan komando tidak memahami garis kebijakan komando dari Brimob pada waktu itu.
    Dalam versi revisi ini saya menulis berdasarkan wawancara langsung dengan Komandan Batalyon Teratai Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adikara yang memahami bagaimana proses pembentukan pasukan, pemberikan perintah, perlengkapan dan penugasan batalyon ini. Beliau juga membeberkan secara detail tentang situasi pertempuran yang sesungguhnya dan pilihan apa yang harus beliau ambil dalam situasi sulit saat itu.
    Kami tim penulis sebelumnya mohon maaf kepada Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adikara karena dalam edisi sebelumnya tidak menyertakan versi beliau. Dalam tulisan ini yang juga akan menjadi bahan dari Buku Resimen Pelopor Pasukan Elite Yang Terlupakan cetakan kedua, kami menyampaikan versi revisi dari kejadian Tragedi Minggu Palma 11 April 1976. Tulisan ini akan menjelaskan secara detail tentang bagaimana proses pembentukan pasukan, penugasan, perlengkapan dan operasi yang dijalankan Batalyon Teratai selama Operasi Seroja di Timor Timur tahun 1976.

    PEMBENTUKAN PASUKAN
    Pembentukan pasukan Batalyon Teratai sejak awal memang bermasalah karena keputusan pembentukan pasukan ini hanya berdasarkan perintah lisan. Personel yang diambil dari pasukan ini adalah anggota Polri yang pernah bertugas sebagai anggota Resimen Pelopor. Secara resmi Resimen Pelopor sudah dibubarkan pada tahun 1972. AKBP Ibnu Hadjar Adikara hanya diberi waktu selama 3 hari untuk membentuk Batalyon Teratai. Pasukan ini kemudin merekrut anggota hanya berdasarkan data yang minimal dan ingatan para bekas anggota Menpor dan selanjutnya mengirimkan radiogram ke kesatuan yang baru.
    Pada hari ke 3 terbentuklah sebuah batalyon yang terdiri dari berbagai bekas Menpor yang bisa dikumpulkan dalam waktu 3 hari itu dan rekrutmen baru dari Brimob. Menurut Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adhikara pasukan itu adalah pasukan yang pembentukannya asal comot. Namun demikian beliau tidak begitu khawatir karena penugasan pasukan ini hanya untuk penugasan territorial dan penugasan polisi di daerah konflik.
    Profil AKBP Ibnu Hadjar Adhikara sendiri sebagai komandan Batalyon Teratai sudah memenuhi syarat sebagai komandan sebuah batalyon tempur karena beliau lulusan PTIK tahun 1961, sekolah Infanteri lanjut di Fort Lavenworth dan Pendidikan Pelopor tahun 1961. Pengalaman operasi tempur beliau adalah memimpin kompi Brimob dalam operasi penumpasan DI/TII di Jawa Barat dan Sumatera, serta operasi penumpasan PRRI di Sumatera akhir tahun 1961.
    Komandan kompi dalam Batalyon Teratai merupakan kombinasi dari perwira bekas Resimen Pelopor tahun 1960-an dan rekrutmen Akademi Kepolisian tahun 1970-an. Kombinasi ini untuk menutup kekurangan perwira berpengalaman di jajaran batalyon Teratai ini.

    BalasHapus
  13. PERLENGKAPAN DAN PERSENJATAAN PASUKAN
    Pada masa kejayaannya tahun 1959-1968, Resimen Pelopor mempunyai perlengkapan yang hebat untuk menunjang penugasannya sebagai sebuah pasukan khusus. Namun demikan, Yon Teratai yang dianggap penerus Resimen Pelopor hanya mendapatkan perlengkapan seadanya. Persenjataan mereka adalah senapan serbu AR 15, namun demikian setiap anggota hanya dibekali amunisi sebanyak 70-100 butir. Banyak diantara para anggota ini juga tidak dibekali dengan perlengkapan logistik standar. Sebagai contoh mereka tidak membawa ransel maupun ponco, tetapi hanya membawa koper dari seng. Perlengkapan lain seperti granat peluncur maupun granat tangan juga tidak disediakan. Hal lain yang menyedihkan adalah pasukan ini hanya dibekali dengan peta tanpa ada kompas sebagai penunjuk arah. Radio komunikasi antara markas batalyon dan kompi di lapangan atau dengan peleton juga tidak disediakan. Padahal lazimnya pada pasukan tempur, pada level peleton tersedia radio komunikasi PPRC. Bahkan khusus pasukan Menpor dalam setiap tim tersedia radio PPRC untuk melakukan komunikasi.
    Senapan serbu AR 15 ini mempunyai kelemahan ketika digunakan pada medan kering dan panas, yaitu macet. Selain itu jenis senapan otomatis ini memerlukan ketrampilan menembak pada level ahli (level 2) karena akurasi bidikan dan mengatur irama tembakan diperlukan pada saat kontak senjata dengan intensitas tinggi.
    Sebagian besar anggota Yon Teratai yang berasal dari Brimob rekrutan baru belum memahami senapan AR 15 ini, mereka juga belum mendapatkan pelatihan menembak seperti anggota Resimen Pelopor. Mereka hanya mendapatkan latihan menembak pada saat pendidikan Brimob.

    PERUBAHAN PENUGASAN
    Penugasan Yon Teratai adalah sebagai pasukan polisi di daerah konflik dan bukan sebagai pasukan tempur, hal ini berdasarkan perintah dari Mabes Polri terhadap pasukan ini. Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adhikara berpendapat jika penugasan sebagai pasukan polisi di daerah konflik dan bukan pasukan tempur, maka perlengkapan dan kualifikasi seperti itu sudah memadai.
    Perubahan perintah terjadi karena ada perintah lisan pada waktu pasukan sudah dalam perjalanan menuju Timor Timur. Pasukan diberi perubahan tugas untuk menjadi batalyon penyekat bagi pasukan Kogasgab yang sedang bertempur di Bobonaro. Pasukan ini terdiri dari Yon Linud dari Brawijaya dan sebagian dari Densus Alap-alap Brimob. AKBP Ibnu Hadjar Adhikara segera melaksanakan perintah dengan pembagian tugas mendadak di dalam kapal. Batalyon Teratai dengan jumlah 300 personel ini diminta untuk menutup wilayah kurang lebih seluas 2400 kilo meter persegi, padahal dalam teori, sebuah batalyon tempur dengan jumlah 600 personel hanya mampu menutup wilayah seluas 200 kilo meter persegi. Kita bisa membayangkan tingkat kesulitan yang dihadapi batalyon ini di Timor Timur ini, tetapi Danyon tidak mempunyai pilihan lain kecuali melaksanakan perintah.

    BalasHapus
  14. SITUASI PERTEMPURAN
    Tanggal 11 April 1976, pasukan Fretilin melakukan gerak mundur dari wilayah Bobonaro karena tekanan pasukan TNI dan Polri yang tergabung dalam Kogasgab. Sebagian besar pasukan Fretilin ini adalah pasukan Tropaz yang berpengalaman tempur di Mozambique, Afrika pada saat konflik antara Portugal dengan negara jajahannya di Afrika tersebut. Pasukan Tropaz ini sangat mengenal medan tempur di Timor Timur. Mereka adalah orang asli Timor Timur yang direkrut menjadi tentara Portugal.
    Pagi hari tanggal 11 April 1976, pasukan Kompi A Yon Teratai sudah berhadapan dengan pasukan Tropaz Fretilin, namun demikian pasukan Fretilin ini dengan licik menggunakan penyamaran berupa tameng manusia. Kompi A masih mampu menghadapi pasukan Fretilin, namun demikian karena kesulitan membedakan rakyat dengan musuh, mereka terjebak dalam kontak senjata dengan intensitas tinggi. Satu hal yang diluar dugaan adalah jumlah pasukan Fretilin ternyata lebih dari 1 batalyon dengan persenjataan lengkap.
    Kompi A kemudian terpaksa mengundurkan diri karena kehabisan amunisi. Pada sekat kedua Kompi B juga mengalami hal yang sama, hal ini diperburuk dengan ketiadaan radio komunikasi sehingga komandan kompi tidak mampu menghubungi markas batalyon dan kompi lainnnya sehingga koordinasi dalam pertempuran tidak bisa dilakukan. Kompi C sebagai sekat terakhir juga harus mengundurkan diri karena kehabisan amunisi. Selain itu, anggota pasukan juga banyak mengalami senjata mereka macet ketika ditembakkan.

    KEPUTUSAN DILEMATIS KOMANDAN BATALYON
    Pada saat itu Danyon AKBP Ibnu Hadjar Adhikara menghadapi situasi sulit ketika melihat kondisi pasukannya di lapangan. Beliau melihat beberapa anggota pasukan masih mempunyai semangat tempur tinggi, namun demikian tanpa amunisi bertahan di medan pertempuran sama dengan misi mati konyol. Pada waktu itu beliau memerintahkan pada staf batalyon dan semua kompi Yon Teratai untuk mengundurkan diri dari pertempuran. Beliau memerintahkan agar semua senjata dan perlengkapan dibawa ke garis belakang dan menghindari kontak dengan musuh untuk meminimalisir korban.
    Dalam wawancara per telepon, beliau menyatakan bisa saja anak buahnya diperintahkan untuk bertahan sampai titik darah penghabisan, tetapi masalahnya mereka bertahan dengan apa karena amunisi sudah habis. Kalau bertahan pasti berakhir dengan mati konyol, dan beliau menyadari keputusan mundur dari pertempuran harus dipertanggungjawabkan kelak. Beliau juga menyatakan tidak ada senjata yang dibuang atau dibakar jadi semua personel tetap membawa senjata masing-masing meskipun dalam keadaan kosong.
    Beliau menyatakan opsi mundur dari pertempuran sesuai dengan standar pertempuran. Beliau juga menyatakan pada saat mundur AKBP Ibnu Hadjar Adhikara masih memimpin pasukan Yon Teratai dan tidak melarikan diri. Yon Teratai akhirnya mengundurkan diri di wilayah Tenggara Bobonaro.

    BalasHapus
  15. PASCA OPERASI SEROJA
    Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adhikara menyatakan bertanggung jawab penuh atas perintah mundur pasukan Yon Teratai, beliau tidak menyalahkan anak buahnya maupun para perwira bawahannya. Dalam penyelidikan peristiwa itu beliau juga menyatakan berpegang teguh pada tradisi militer bahwa komandan tertinggi (danyon) yang harus bertanggung jawab. Sikap ksatria ini dihargai oleh Mabes Polri.
    Komandan Batalyon Teratai Brimob Kombes Pol (Purn) Ibnu Hadjar Adhikara akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari Dinas Kepolisian, meskipun Mabes Polri mencegahnya karena dari sisi karier masih bisa dipertahankan. Beliau memilih mundur sebagai bentuk tanggung jawab keputusan beliau dalam situasi sulit di medan tempur Operasi Seroja. Pada akhirnya Kombes Pol Ibnu Hadjar Adhikara diberhentikan dengan hormat dari dinas Polri dengan pangkat terakhir Komisaris Besar Polisi. Pasca penugasan di Polri beliau banyak aktif dalam dunia bisnis dan juga sebagai akademisi. Pengalamannya semasa dinas, membuat beliau seringkali diminta memberikan konsultasi atau rekan diskusi para Perwira Tinggi Polri saat ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih atas postingan revisinya mas Anton
      luar biasa .... ngga sabar neh pengen segera ke gramedia ...

      Terus berkarya ya mas .... sukses selalu

      Hapus
    2. kisah nyata sbb :
      1. brimob/menpor...pasukan khusus yg disegani kawan . ditakuti lawan , dan dipercaya presiden soekarno sbg pengemban tugas misi terdepan utk tempur...pada masa itu menpor/brimob banyak dapat misi , kesatuan lain iri dan cemburu yaitu rpkad/kopassus
      2. akhirnya satu anggota menpor/brimob diculik dan dibunuh , hal inilah menyebabkan menpor/brimob sangat murka dan serang markas rpkad/kopassus... jika saat itu menpor/brimob tidak punya rasa kasihan, maka seluruh kekuatan rpkad bisa habis pada saat itu.. kenapa ? karena menpor/brimob udah terbiasa tempur nyata di medan perang , rpkad/kopassus belum pernah tempur..
      nyawa ganti nyawa... satu rpkad/kopassus diculik dan dibunuh...
      kasus selesai ? belum.... menpor/brimob anggap kasus ini selesai tapi tidak bagi rpkad/kopassus... ketika soeharto jadi presiden , maka menpor/brimob dipreteli habis , lalu soehato sengaja kirim batalyon teratai yaitu eks menpor/brimob ke timor timur...
      dengan tujuan : menujukan bahwa menpor/brimob tidak layak lagi sebagai kesatuan tempur...

      Hapus
  16. Ass Wr Wb,

    Pertama-tama, saya Trish Adikara, dalam hal ini mewakili putra dan putri dari Kombes POL (Purn) Ibnu Hadjar Adikara, menyatakan bahwa kami berterima kasih pada Mas Anton A Setyawan, yang telah melakukan revisi pada blog ini, sehubungan dengan tulisan yang kurang pas pada buku Resimen Pelopor : Pasukan Elite Yang Terlupakan.

    Bagi kami, apapun yang terjadi pada masa itu, merupakan suatu hal yang tidak bisa terelakkan. Dalam peperangan, selalu timbul keputusan-keputusan yang dilematis, dan terkadang jauh dari harapan banyak orang. Menang atau kalah, bukanlah menjadi hal yang luar biasa. Justru keberanian, dan kesetiaan kepada Korps yang telah membesarkan ayah kami, yang membuat kami merasa perlu urun rembuk dengan Mas Anton, dalam melakukan revisi ini, sehingga Mas Anton akhirnya berkesempatan berbicara langsung dengan ayah kami, Kombes POL (PUrn) Ibnu Hadjar Adikara.

    Sekedar tambahan atas revisi di atas, Kombes POL (Purn) Ibnu Hadjar Adikara, mengajukan pensiun pada tahun 1986 saat beliau menjabat sebagai Waka Denma Mabes POLRI. 10 Tahun berlalu sejak kejadian Minggu Palma. SK Pensiun resmi, ditandatangani oleh Presiden Soeharto pada masa itu.

    Sampai saat ini, beliau masih aktif dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para Ex Menpor/Ex Brimob.

    Kami, sebagai anak-anak beliau, sangat mengetahui pahit getir beliau setelah kejadian Minggu Palma tersebut. Terbukti bagi kami, beliau adalah pribadi yang loyal pada atasan, dan cinta pada anak buahnya. Beliau adalah pribadi yang bisa dikatakan seperti lilin, menerangi banyak orang, tetapi justru membiarkan dirinya terbakar.

    Wass Wr Wb,


    Trish Adikara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih pak Trish Adikara ...
      Jasa dan pengorbanan Kombes POL (Purn) Ibnu Hadjar Adikara untuk NKRI pasti akan selalu dikenang ....

      Hapus
    2. Terima kasih banyak Pak Ale Surya. Semoga dimasa datang, Brimob akan semakin jaya, dan terus menjadi Korps yang dibanggakan oleh para anggotanya.

      Dan ralat ya Pak Ale, saya Ibu lho, bukan Bapak :)

      Hapus
    3. Wah .... maaf bu ....
      ha ha ha ....
      Amien ..... trimakasih ....

      Hapus
  17. trims infonya,referensi sangat berguna bg kami selaku bagian dari kelg bsr Resimen IV Yon G Jawa Timur, dan kami bangga klo mendengar alm Orang tua kami bercerita ttg sepak terjang Mobrig skrg Brimob pd masa penumpasan gerombolan bersenjata. Tetap jaya Brimob jgn engkau hilang dr bumi pertiwi. (thenbagus_sby@yahoo.com)

    BalasHapus
  18. Polisi Gagalkan Pembajakan Pesawat Pertama Di Indonesia

    Komhukum (Jakarta) - Drama pembajakan pesawat pertama di Indonesia berhasil digagalkan oleh aksi diskresi seorang polisi. Berikut ceritanya. Diskresi adalah kewenangan yang melekat dari seseorang petugas polisi. Dengan diskresi polisi dibenarkan bertindak atas dasar situasi dan kondisi lapangan demi kepentingan publik yang lebih besar. Misalnya patroli Sabhara bisa menggagalkan perampokan tanpa harus menunggu bantuan Satuan Reserse. Polisi lalu lintas bisa memberi izin pengguna jalan memutar haluan melawan arah jika ada huru-hara di depan jalan. Namun belakangan ini, walaupun polisi memiliki kewenangan diskresi, dalam beberapa kejadian yang melibatkan massa terlihat polisi seperti tidak berdaya. Mengapa para polisi di lapangan seperti ragu dalam bertindak?

    Berikut cerita bersambung tentang sebuah tindakan diskresi yang diambil seorang perwira pertama polisi sampai bisa menggagalkan upaya pembajakan pesawat pertama di Indonesia. Ini terjadi jauh sebelum ada Detasemen Khusus Penanggulangn Teror Den 81/Gultor Kopassus, atau Detasemen Khusus Anti Teror Polri/Densus 88.

    Berikut kisahnya yang disadur dari bab “Sang Perwira” dari buku “Melawan Skenario Makar, Tragedi Delapan Perwira Menengah Polri Di Balik kejatuhan Presiden Gus Dur” karya penulis Edy Budiyarso wartawan yang banyak menulis kisah-kisah polisi.

    Perjalanan hidup Kombes Pol. Dr. Bambang Widodo, naik turun layaknya roller coaster. “Awal mula jadi polisi dielu-elukan. Begitu mau pensiun malah masuk bui,” kata Bambang. Bambang Widodo lulus AKABRI Kepolisian tahun Desember 1971, ia seangkatan dengan mantan Kapolri Jendera Pol. Chaeruddin Ismail. Baru lima bulan pertama bertugas sebagai polisi, sebuah peristiwa yang menggemparkan dunia penerbangan nasional melambungkan namanya.
    Kombes Pol (Purn). Dr Bambang Widodo Umar, setelah pensiun dari dinas kepolisian, aktif sebagai pengamat kepolisian. Gelar tertinggi di bidang akademik, ia raih sebagai Guru Besar bidang Sosiologi Hukum Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Berikut nukilan kisah yang diambil dari Bab Sang Perwira buku karya Edy Budiyarso.

    Ceritanya berawal dari penugasan pertamanya korps reserse dan intjelen (Resintel) Komando Antar Resort (Komresko) 961 Kota Yogyakarta. Suatu siang pada tanggal 5 April 1972, Bambang yang saat itu menjabat sebagai Kepala Subseksi Reskrim 961, diajak atasannya Letkol Suyono, perwira intelijen Komresko Yogyakarta. Saat itu, Suyono mengabarkan ada keributan di Bandara Adi Sujtipto. Keributan itu terjadi, setelah sebuah pesawat Merpati Nusantara Airlines, jenis Vickers Viscount MZ-171 dibajak oleh sekelompok pembajak.

    BalasHapus
  19. Adisutjipto, 5 April 1972 baru pertama kali menghadapi situasi darurat akibat aksi pembajakan. Siang itu pun gempar. Aparat pun segera mengepung seluruh kawasan bandara. Kepungan ketat aparat membuat Bambang pun tidak bisa masuk ke dalam area bandara. Dari rel kereta api di dekat kawasan bandara, Bambang memang melihat sebuah pesawat baling-baling, parkir dengan mesin masih menyala persis di apron bandara.

    Sebagai perwira intel, saat itu Bambang tidak berseragam polisi. Bambang yang masih sangat muda, dan tubuhnya yang tidak terlalu besar masih seperti anak SMA. Bedanya ia menyelipkan sebuah revolver Colt Special besar di pinggangnya. Setelah melambung melewati berbagai jalan tikus, Bambang pun akhirnya bisa masuk ke ruang tunggu penumpang.

    Di ruang tunggu tersebut sudah ramai oleh pejabat dan petinggi aparat keamanan. Ada Pangkowilhan II, Danrem, Dantares, dan Danres Yogjakarta, semuanya sedang berkoordinasi. Dalam suasana tersebut, percakapan detil antara pembajak hanya berlangsung dengan petugas menara Air Traffic Control (ATC) yang selanjutnya diteruskan ke para pejabat di ruang tunggu.

    Namun, dari pembicaraan para jenderal dan petinggi keamanan yang terdengar oleh Bambang, sempat menyebut-nyebut pembajak minta uang tebusan sebesar Rp 20 juta. Namun, uang sebanyak itu disebut-sebut tidak bisa didapatkan, karena uang yang dikumpulkan dari bank-bank di Yogyakarta pun tidak mencapai jumlah sebanyak itu.

    Saat itu juga ada rencana menembak pembajak dengan peluru bius, karena pembajak disebut-sebut akan meledakkan pesawat. Sambil mendengarkan percakapan para petinggi aparat keamanan itu membuat berbagai rencana untuk melumpuhkan para pembajak, mata Bambang terus mengawasi pesawat. Kebetulan, dari tempat ia berdiri bisa dengan leluasa menghadap kearah pesawat.

    Setelah memperhatikan dengan seksama, Bambang pun melihat sesuatu yang aneh pada pesawat yang dibajak. Dari jendela kocpit ada tangan melambai-lambai. Bambang tidak mengerti apakah itu tangan pilot atau tangan co-pilot. Waktu itu hari sudah hampir magrib. Saat tangan melambai-lambai di jendela kocpit, di kabin penumpang tampak ada bayangan orang berjalan mondar-madir. Jika jendela kocpit tertutup, bayangan orang mondar-mandir itu hilang.

    Keadaan itu berlangsung berkali-kali. Bambang menyimpulkan, bayangan orang yang berjalan mondar-madir itu bisa jadi si pembajak. Rupanya perkiraannya benar, dari informasi yang disampikan oleh pilot ke petugas di air traffic control dan diteruskan ke para pejabat di ruang tunggu bahwa, pembajak mulai panik karena tuntutannya tidak dipenuhi dia mengacak-acak barang milik penumpang.

    Situasi ini benar-benar Bambang manfaatkan. Spontan saja berbekal pengamatannya, Bambang memberanikan diri berjalan dan berlari-lari kecil mendekati pesawat. Saat itu, tanpa ada rasa takut sedikit pun Bambang dengan berjingkat-jingkat mendekati pesawat. Arah yang dituju adalah moncong pesawat, jendela tempat di mana pilot atau co-pilot melambai-lambaikan tangannya.

    Namun, body pesawat itu terlalu tinggi buat Bambang, dengan setengah berteriak ia meminta bantuan seorang petugas apron untuk menarik tangga di dekat pesawat. Dengan suara mesin dan baling-baling yang terus berputar, pembajak pun tak melihat aksi nekat Bambang. Akhirnya ia berhasil menggeret sebuah tangga. Walaupun sudah naik tangga, ia tetap tak bisa leluasa menembak pembajaknya. Jendela cokpit hanya sampai di muka Bambang.

    Baru saja ia menyodorkan kepalanya, sang pilot yang berbaju putih setengah berteriak, “Mana duitnya!”

    Belum juga menjawab pertanyaan yang mengejutkan itu, jendela ditutup kembali, Bambang pun langsung melorotkan tubuhnya menghindari penglihatan pembajak yang memasuki cokpit. Bersembunyi di leher pesawat, Bambang sempat melihat ke sekeliling dan melihat aparat yang mengepung di kanan kiri pesawat, tetap bersiaga pada posisinya masing-masing, tanpa ada upaya apa pun.
    matlubin propatria

    BalasHapus
  20. Setelah jendela cokpit kembali terbuka, sebagai tanda pembajak berada di belakang, kembali Bambang menaiki tangga.

    Kali ini ia menjulurkan tangannya dengan mengangkat pistol tujuannya menunggu pembajak masuk ke kocpit dan ia akan menembak. Namun posisi untuk menembak itu buat Bambang cukup sulit karena tinggi dirinya tidak sampai menjangkau jendela secara penuh.

    Melihat kondisi tersebut sang pilot setengah berteriak, “Saya AURI, saya AURI, saya bisa menembak.” Mendengar teriakan lirih pilot yang meminta pistol, Bambang pun secara reflek memberikan pistolnya kepada sang pilot.

    Cerita ini, seperti ditulis harian Umum Kompas terbitan 8 April 1971 yang mengisahkannya sebagai berikut:
    …Mengenai kisah pistol yang akhirnya menamatkan riwayat Hermawan, pembantu Kompas di Yogyakarta memperoleh keterangan langsung dari Inspektur Polisi TK II Bambang Widodo sebagai berikut:

    Dua kali saya naik tangga bagian depan pesawat MNA ‘Merauke’ ketika saat-saat tegang pembajakan Rabu 5 April. Sedang di tempat jauh dari pesawat, saya melihat beberapa anggota Kopasgat mengadakan pengepungan. Saya berada di bawah mulut pesawat. Tiba-tiba melihat co pilot Saleh melambai-lambaikan tangan yang belum saya ketahui maksudnya. Tapi melihat jendela bisa dibuka, pastilah bagian depan pesawat keadaannya agak aman. Lalu saya naik.

    Co-pilot Saleh ternyata dengan berulang-ulang minta supaya uang tebusan Rp 5 juta segera diserahkan kepadanya. Ia akan memberikan kepada si pembajak. Bambang Widodo pun turun kembali dan menyaksikan beberapa penumpang turun berlompatan lewat pintu belakang. Dari jendela ia bisa menyaksikan si pembajak sedang di belakang, sementara mesin baling-baling pesawat keras sekali.

    “Tanpa menunggu perintah, siapa pun saya naik tangga pesawat lagi,” kata Bambang. “Mana uangnya, lekas…!! tanya co-pilot.” Inspektur polisi lulusan AKBARI 1971 lalu menyerahkan pistol Colt Special yang seterusnya diserahkan kepada Pilot Hindiarto.

    Suasana tegang itu berlangsung lima menit lamanya. Mendadak co-pilot dan pilot turun dari pesawat tergesa-gesa. Ternyata tembakan telah dilepaskan dan pembajak Hermawan telah mati.

    Menurut Bambang, setelah ia memberikan pistolnya, ia pun kembali turun melorotkan tubuhnya dan bersembunyi di bawah pesawat. Setelah menunggu sekitar lima menit, tidak ada reaksi apa pun. Bambang pun sempat menyesali pilihannya memberikan pistol kepada pilot.

    “Bagaimana nanti kalau terjadi apa-apa dengan senjata itu? Bagaimana jika pistol itu sampai jatuh ke tangan pembajak?” Sambil menunggu kejadian yang akan terjadi, terbersit dalam benak Bambang menyesali langkahnya yang tanpa berpikir panjang.

    Hari menjelang magrib, namun bandara belum terlalu gelap, awan tembaga menghiasi langit di sebelah barat Yogyakarta. Belum juga selesai melamun, Bambang sudah dikagetkan oleh suara pistol meletus dari dalam kabin pesawat. Tar-tar, tar setelah letusan itu, Bambang melihat pilot dan Co-Pilot turun dari pintu pesawat.
    (matlubin propatria)

    BalasHapus
  21. Sedangkan cerita lengkap drama di dalam kokpit seperti ditulis Kompas sebagai berikut:

    Seorang pembantu Kompas lainnya di Yogyakarta, yang sempat menemui Captain Pilot Hiniarto Sugondo, mendapat keterangan bahwa tembakan pertama yang dilepaskan, tepat mengenai leher si pembajak. “Saya yakin satu tembakan itu sudah mematikannya,” kata Hindiarto. Tapi karena Co-pilot Soleh berteriak, “Tembak lagi Cap,” maka dua peluru menyusul menembus tubuh si pembajak, yang terguling menutup api yang sudah menyala, sehingga api padam (api ini sulutkan Hermawan pada serbuk TNT yang ditaburkan di lantai pesawat). “Sungguh miracle (mukjisat), saya masih hidup,” kata penerbang Merpati asal Solo ini.

    Sedangkan majalah Angkasa No 7 April 1991 menceritakan detik-detik penembakan si pembajak dengan lebih gamblang lagi:

    Setelah roda PK-MVM berhenti di Apron dengan mesin tetap hidup, si pembajak bertopeng Hermawan Hardjanto, mengajukan tuntutannya. Melalui Captain Hindiarto, si pembajak perintahkan agar segera disediakan uang Rp 20 juta dan sebuah parasut. Bila tuntutannya tersebut sudah diterima pembajak, pesawat akan terbang lagi.

    Tanpa sepengetahuan pembajak, petugas keamanan berhasil menyusup ke bawah pesawat dan mengempeskan ban-ban Vickers Viscount. Jadi praktis pesawat bermesin empat itu tidak bisa terbang. “Yang sulit pada waktu itu adalah komunikasi sangat sukar. Kami tidak memiliki Company Channel. Jadi hubungan hanya dengan tower, lalu tower ke stasiun, mempergunakan telepon ontelan. Dapat dibayangkan sukarnya menyampaikan pesan, kemudian menunggu jawabannya. Sukarnya komunikasi kelihatannya membikin gusar si pembajak ---ia mulai mondar-mandir dari depan ke belakang kabin pesawat,” kenang Soleh lagi.

    Sekitar pukul 15.30 pembajak diberitahu bahwa di Yogyakarta sulit sekali untuk mengumpulkan uang sejumlah yang dimintanya dan diminta agar ia bersabar menunggu. Hermawan mendengarkan pesan ini dan segera minta disampaikan pesannya bahwa jumlah tuntutannya itu diturunkan menjadi Rp 5 juta supaya cepat terkumpul dan segera dibawa ke pesawat.

    “Saya ini banyak teman, jadi nanti rencananya kalau sudah ada uang dan parasut pesawat akan terbang lagi ke suatu tempat (dia menunjuk peta di sekitar Tegal). Saya akan terjun di situ di mana teman-teman sudah siap menunggu. Tapi kalau rencana ini gagal, Kapten. Kamu akan dicari teman-teman saya dan akan dibunuh!” Soleh mengutip si pembajak.
    (matlubin propatria)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimaksih ... luar biasa ....

      Hapus
    2. ipda bambang yang dimaksud kelak menjadi salh satu dosen saya yang paling kritis membangun polri dari luar . salam hormat

      Hapus
    3. Trimakasih .... salam hormat kembali ....

      Hapus
  22. smangat selalu ya bapak-bapak Brimob Indonesia :) bangga saya pada bapak2 ini yang berjuang untuk Indonesia walau tak tenar via media dan masih terlalu sedikit yang tau tentang siapa itu "pasukan elite" yang sebenarnya.. makasih juga buat Pak Komandan M. Nur Yakub yang bercerita tentang blog ini pada saya beberapa hari lalu :) SEMANGAT!!!

    BalasHapus
  23. Bener2 mengagumkan,sayang ya keharuman nama POLRI harus tercoreng gara2 moral oknum2 yg haus duit,sering dengar kalimat dari orang (mohon koreksi kalau salah)
    "mau jadi polisi,punya duit berapa???"
    #miris#
    Abe di jakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip dah ... semoga Kedepan POLRI semakin baik .... kita doakan bersama ....

      Hapus
  24. JAYA SELALU PRAJURIT BHAYANGKARA (angk XXII thn 2003 SPN BETUNG)

    BalasHapus
  25. Salam Buat Yang Terhormat Bapak-Bapak,
    Setelah membaca buku yang ditulis oleh Bapak dengan Judul “RESIMEN PELOPOR” (Pasukan Elit Yang Terlupakan), ternyata ada hubungannya dengan sejarah pribadi saya. Jadi dengan segenap rasa hormat saya memohon agar bapak bisa membantu saya untuk menemukan penerangan dalam gegelapan selama 36 tahun. Saya punya hubungan pribadi yang sangat terdalam dengan “RESIMEN PELOPOR” yang pernah bertugas di kabupaten Atambua – Kecamatan Wedomu/Lahurus (NTT).
    Mungkin ini yang dapat saya sampaikan kepada bapak, bias hubungi saya dengan alamat email ini.


    Hormat Saya

    Memori Wedomo
    (Yosep Asa)

    BalasHapus
  26. sangat mengagumkan melihat artikel ini. makasih pak Ale atas postingannya dan saya bangga dgn Brimob walau besar dr keluarga TNI. Pacar saya Brimob dan berdinas di sat III pelopor. semoga Brimob ke depannya makin jaya... amin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih sudah berkunjung bu Ani ... saya cuma copy paste dari buku karangan Mas Anton. Semoga jadi Ibu Bhayangkarinya Brimob ya bu ... amin ....

      Hapus
    2. sama2 Pak Ale... sukses selalu... amin

      Hapus
  27. Bangga jd keluarga besar POLRI.
    Jayalah terus POLRI dan BRIMOB Jateng.

    BalasHapus
  28. kapri batalyon c pelopor bm sumsel16 Januari 2013 pukul 07.08

    mhon ijin kmndn
    buku ini pengarangnya siapa penerbit and thunya maksih sy lgi nyri bku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke Pak kapri ... Penulisnya : Anton Agus Setyawan, Andi M. Darlis
      Penerbitnya Mata Padi lengkapnya tanya om google atau beli saja secara online banyak yg jual itu ....

      Hapus
  29. Dimana lagi saya bisa mendapatkan buku Resimen Pelopor, kayaknya sekarang sudah gak ada, bisa pesan sama siapa ya..??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba di gramedia bu ... biasanya di rak bagian sosil politik atau budaya ya, atau beli online juga banyak ...

      Hapus
  30. Smoga PELOPOR BRIMOB tetap jaya.EKS Resimen 1 Brimob Pelopor kd.Halang DWI ERDI ang.XXXV.I 99/00 Watukosek





    BalasHapus
  31. dulu sebel banget sama brimob...habisnya sering godain mulu...tp skg saya bangga dengan pasukan elit ini...MAJU TERUS BRIMOB-KU...JAYALAH SELALU...

    BalasHapus
  32. Maju terus BRIMOB
    Ku ambil rumput di ladang , ku jadikan penyamaran
    Wajah tampan berubah menjadi setan agar tak mudah di kenal
    Sedikit petikan syair dari lagu brimob yg sering saya dengar

    Seneng bisa baca bukunya !!
    Moga tahun ini saya bisa menjadi bagian dari POLRI aminn

    BalasHapus
  33. Selamat malam komandan MOB-BRIG dahulu mempunyai 2 (dua) unsur kekuatan PELOPOR dengan Loreng Darah mengalir dan RESIMEN KOMCA dengan Loreng Tutul nya, saya anak dari mantan MOB-BRIG YON KOMCA 1129, 1130 dan 1131 atau dikenal dengan pasukan cadangan dengan lambang kepala garuda yang merupakan pasukan pengawal DKP Pres.SOEKARNO yang dibawah perintah langsung PRESIDEN dan pasukan yang mengawal ibu kota negara. Teruskan semangat orang tua-tua kita menjadikan BRI-MOB lebih di kenang dengan keheroikannya untuk negeri ini.

    By ANKOL MOB-BRIG

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke pak .... trimakasih atas informasinya ...

      Hapus
  34. Kembalilah, Jayalah & Bangkitlah Penerus Resimen Pelopor yang terlupakan, kami bangga sebagai keluarga besar putra putri ex MOBRIG/BRIMOB Kompi 5112, 5135 & 51.. Resimen III YON 309 (Danyon Almarhum Bapak Bismo, satu liting dengan Almarhum Bapak Anton Sujarwo mantan KAPOLRI) Tegal - Jawa Tengah & hanya Kompi 5112 saja yang sekarang Kompi BRIMOB Petamburan DKI Jakarta.

    BalasHapus
  35. Ex MOBRIG / BRIMOB Kompi 5112, 5135 & 51.. Resimen III Pelopor YON 309, alamat yang tersisa di Jalan Kapten Sudibya, Ex Asrama BRIMOB Debong Tirus, Tegal - Jawa Tengah.
    Masih ada sisa-sisa saksi bisu riwayatnya. "Kami Bangga, walau dilupakan, "Salam Hormat"

    BalasHapus
  36. Salam Hangat, dari kami keluarga besar putra putri ex MOBRIG / BRIMOB Kompi 5112, 5135 & 51.. Resimen III YON BRIGIF 309 & foto ayahanda kami brdiri bersenjata sebelah kanan atas terpampang di cover buku "Resimen Pelopor Pasukan Elit Yang Terlupakan" [ NKRI Harga Mati ] .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam hangat dan Trimakasih Pak Dwi ...Kami bangga dengan beliau-beliau pendahulu kita

      Hapus
  37. Veteran MOBRIG / BRIMOB benar adanya karena kondisi, seorang Rengers sejati dari awal dbentuknya RESIMEN MOBRIG RENGERS ( personil gabungan daerah dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi + Maluku & Nusa Tenggara Timur Kompi tersebut ) langsung menunaikan tugas Negara "GOM dari Sabang s/d Marauke" turus menerus tanpa henti (15 thn lebih) menjadi Rengers Combatan sampai pada tahun 1972 dibubarkan / di BS kan, tp saat Operasi Seroja juga ditugaskan kembali 1975 - 1990 bergantian bertugas dengan masa tugas masing-masing mendapat bagian tugas selama 2 tahunan.
    RENGERS MOBRIG dengan berbekal seragam yg dikenakan saja, senjata dgn peluru yg terbatas walau sering macet saat digunakan, geranat nanas yang sering dijemur amunisinya yg sering mlempem, sebilah pisau sangkur, korek api dari kayu, harus bisa bertahan hidup & selalu siap saat di medan pertempuran, berjalan kaki tanpa ujung dipecah menjadi pleton-pleton kecil sebagai Rengers Combatan / Pasukan Penggerak Kompi2 TNI NKRI, penerjunan tanpa dibekali parasut dijatuhkan di laut tanpa pelampung harus berenang hingga ke pantai utk melakukan operasi RENGER COMBATAN.
    Itu riwayatnya dulu Resimen MOBRIG / BRIMOB (lain dulu, lain sekarang).
    Jayalah selalu Resimen Pelopor yang terlupakan, tugas dr penerus BRIMOB jadikanlah tauladan perjuangan pendahulunya yg memiliki semangat baja pantang menyerah janji melati suci "PANCASILA & UUD 1945 / NKRI HARGA MATI"

    BalasHapus
  38. Salam hangat utk semua personil BRIMOB Kelapadua & titip salam buat bapak Dwi BRIMOB Kelapadua 1975-an 5112 kebetulan beliau mantan anak buah almarhum ayanahda kami & dulu di tn 1978 / 1980-an pernah berkunjung ke rumah kami di Jalan Kapten Sudiyo Ex Asrama BRIMOB Debong Tirus Tegal - Jawa Tengah.

    BalasHapus
  39. zaman dulu di AD banyak faksi dan kubu , banyak juga yg terlibat pemberontakan ... sukarno bentuk kesatuan tempur yaitu menpor... training di US ranger , peralatan tempur canggih
    menpor , KKO dan PGT pasukan kesayangan sukarno.... pasukan yg banyak berjasa,,..
    tapi ketika suharto kudeta sukarno , pasukan2 kesayangan sukarno dipreteli...
    karena suharto takut pasukan2 elit ini kudeta dirinya.. KKO yg punya batalyon banyak dipangkas , begitu pula PGT ... dan menpor dibubarkan...
    suharto tidak percaya auri dan alri..rpkad yg akhirnya naik posisi...
    semua buku2 mengenai rpkad banyak ... tapi buku2 sejarah menpor . KKO dan PGT ga ada...
    semuanya diatur rezim orba utk lebih menonjolkan rpkad dan suharto...
    ,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Negara Kita lebih baik dimasa yg akan datang ... tks

      Hapus
  40. POLISI jaman dulu emang TOP,. gak kayak POLISI sekarang "SAMPAH" masarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Polisi adalah cerminan masyarakat. Kita doakan biar lebih baik lagi ...

      Hapus
  41. ijin tanya pak ale. Di BrimoB apa ada latihan dopper seperti yang ada pada TNI? Mohon penjelasannya terima kasih.

    http://www.tni.mil.id/view-40408-20%20bintara%20marinir%20ikuti%20khursus%20pelatih%20menembak%20dopper.html

    BalasHapus
  42. Pokok nya TNI-POLRI keren ,pokok nya bangga punya TNI-POLRI yang setia menjaga dan mempertahankan NKRI.
    Bravo TNI-POLRI

    BalasHapus
  43. Pasukan Bromob merupakan pasukan Polisi yang memiliki kemampuan tempur

    BalasHapus
  44. Semoga semua jasa jasa para sesepuh Menpor mendapat pahala yg besar disisi Allah tabarokah wataala..dan dapat menjadi contoh untk kami sebagai generasi penerus untk menjaga keutuhan NKRI diatas Bumi Allah ini..
    Jaya terus brimob..
    Jaya terus corps blue baret..
    Korps yg tdk pernah menghianati negara..
    Semoga Allah selalu melindungi korps kt yg tercinta ini...
    Salam Brigade..
    Allahu Akbar..

    BalasHapus
  45. Semoga semua jasa jasa para sesepuh Menpor mendapat pahala yg besar disisi Allah tabarokah wataala..dan dapat menjadi contoh untk kami sebagai generasi penerus untk menjaga keutuhan NKRI diatas Bumi Allah ini..
    Jaya terus brimob..
    Jaya terus corps blue baret..
    Korps yg tdk pernah menghianati negara..
    Semoga Allah selalu melindungi korps kt yg tercinta ini...
    Salam Brigade..
    Allahu Akbar..

    BalasHapus
  46. Malam bos. Saya warga sipil salah satu anak dari hartono s. Pasukan inti dari rengers pelopor.(mobrig) waktu itu. Komandan kompi nya adalah sudarmaji dan komandan peleton nya adalah anton sujarwo. Pada thn 85an sy sering bpk cerita pertempuran DITII jawa barat. Sumatra barat. Sulawesi dan bali.asal mula penugasan itu karena mobrig watukusek hampir perang dengan kko. Sampai sukarno datang ke surabaya untuk mendamaikan. Waktu itu jumlah pasukan 80 orang. Sungguh luar biasa keberanian mereka.

    BalasHapus

Trimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar, sukses selalu dan God Bless Us ....